Kisah Manusia Aneh
Gemar Makan Lipan
Binatang-binatang,
seperti lipan, cicak ataupun kecoa, mungkin bagi orang lain adalah binatang
menjijikkan yang tak patut dimakan. Tapi bagi pria satu ini, kebiasaan makan
makanan yang tidak lazim itu justru dianggap sebagai hobi dan kebiasaan yang
sulit ditinggalkan. Bahkan binatang-binatang itu dianggap sebagai makanan
sehari-hari.
Kelabang inilah makanan kegemaran Om Tik |
Itulah kebiasaan Tikno (47), yang hingga kini, seringkali
menarik perhatian orang. Kebiasaan yang
bermula dari sekedar untuk mengobati penyakit gatal-gatal, kini juga dibuatnya
untuk menarik rejeki, dengan berharap keikhlasan dari orang yang melihatnya
menggelar atraksi memakan hewan-hewan menjijikkan tersebut.
Ditemui di rumahnya, Jl. Petemon Timur Gang Buntu,
Surabaya, Tikno yang memiliki nama panjang Sutikno ini mencoba menceritakan
bagaimana awal mulanya dia bisa makan binatang-binatang itu. Menurutnya, semua
itu bermula dari sakit gatal-gatal yang dialaminya sejak 5 tahun silam. Saat
itu, Tikno mengaku sudah berulangkali mengobati sakitnya dengan berbagai salep
maupun obat-obatan dari dokter. Tapi upaya yang dilakukannya, seolah tak pernah
membuahkan hasil.
Saat itulah, oleh salah seorang kerabatnya, Tikno diminta
untuk mengkonsumsi lipan dan cicak. Konon, cara ini biasa dilakukan oleh
beberapa orang, dan terbukti cukup mujarab mengobati segala penyakit gatal.
Caranya, dengan memasak terlebih dulu, semua jenis hewan-hewan yang disebutkan
tadi. "Awalnya memang untuk gatal-gatal saja. Karena kebetulan, sakit saya
itu sulit disembuhkan dengan obat-obatan medis," terang Tikno.
Om Tik menunjukkan aksinya |
Atas saran ini, sejak tahun 2005 silam, Tikno pun
mencoba. Semula, semua jenis binatang menjijikkan itu dimasaknya dengan cara
digoreng tanpa minyak lalu dimakannya. Alhasil, setelah beberapa waktu
mengkonsumsi lipan dan cicak, penyakit gatal-gatal yang diderita Tikno,
akhirnya hilang dan tidak lagi mengganggu aktifitasnya sehari-hari.
"Dulu rasanya sangat mengganggu sekali. Apalagi kalau
sedang muncul, gatalnya luar biasa. Bisa seperti kalau kulit dikerubuti semut
krangrang," jelas Tikno.
Namun
anehnya, karena terbiasa mengkonsumsi makanan-makanan tak lazim itu, Tikno
akhirnya justru merasa ketagihan. Hingga meski penyakit gatal-gatal itu
akhirnya sembuh, tapi dia masih tetap rutin memakan bintang seperti lipan dan
cicak tersebut.
Bahkan, bukan hanya dimakan setelah dimasak, tapi seiring
waktu, lipan dan cicak itu juga dimakannya dalam keadaan hidup-hidup. “Awalnya
memang saya masak dulu, tapi akhirnya, karena supaya lebih praktis, saya lalu
makan mentah-mentah. Dan ternyata rasanya lebih nikmat,” aku Tikno.
Tidak hanya itu, selain memakan lipan dan cicak, lambat
laun Tikno juga mencoba memakan kecoa, kadal, tokek bahkan ulat bumbung.
Semuanya dimakan dalam keadaan masih hidup. Dan anehnya, dia justru menyukai
semua binatang-binatang itu. Malahan, seiring waktu, kebiasaan itu juga
membuatnya ketagihan.
Tak heran, jika setiap hari, Tikno tidak mengkonsumsi
lauk seperti lazimnya. Dia biasa makan nasi, dengan lauk berbagai
binatang-binatang tadi. Malah Tikno mengaku, jika sehari saja tidak makan salah
satu jenis binatang kesukaannya, seperti lipan, tokek, ulat bumbung bahkan
cicak dan kecoa, tubuhnya akan terasa sakit dan tidak bergairah.
Tikno yang mengaku keturunan Tionghoa dan memiliki nama
asli Cow Sien Tik ini sehari-hari akhirnya harus mengeluarkan banyak uang untuk
menunjang kebiasaannya itu. Seperti membeli lipan ataupun ulat bumbung, dalam
sehari dia harus mengeluarkan setidaknya, Rp. 50 ribu.
“Kalau tokek lebih mahal lagi, makannya, saya jarang
memakannya. Paling-paling kalau ada rejeki lebih baru bisa beli tokek,”
terangnya.
Tikno yang sehari-hari tinggal di rumah berdua dengan
seorang adik lelakinya Cow Wen (28) ini
mengaku, bisa mendapatkan uang dari usahanya berdagang burung dan ayam anakan
di Pasar Kupang, Surabaya. Dari situlah, dia memperoleh hasil untuk mencukupi
kebutuhan sehari-hari.
Selain itu, jika dagangan sedang sepi, tak jarang Tikno
menggelar atraksi memakan binatnag-binatang menjijikkan itu di keramaian. Dari
situlah, dia mendapatkan uang tambahan, untuk memuaskan hobinya, melalui uang
pemberian orang yang menyaksikan atraksinya.
Rumah Om Tik si Pemakan Kelabang |
Seperti saat ditemui KISAH NYATA sebelumnya, Tikno sedang
menggelar atraksinya di daerah Pandegiling, Surabaya. “Lumayan-lah, buat beli
makan sampai beberapa hari,” terang Tikno, ketika ditemui, sambil menunjukkan
hasil uang dari aksi mempertontonkan diri ketika memakan binatang-binatang itu.
Maksudnya beli makan, tentunya bukan makanan orang yang
umum. Maksudnya adalah makanan dari berbagai jenis binatang kegemarannya untuk
dikonsumsi hidup-hidup. “Kalau kebetulan nggak ada uang sama sekali, ya,
terpaksa makan seadanya. Ada kecoa yang dimakan, ada cicak juga bisa,” aku
Tikno. Namun tentunya, diantara binatang menjijikkan itu, ada beberapa jenis
yang dianggap sebagai makanan favorit. Kata Tikno, lipan dan tokek mentah-lah
makanan itu.
Tapi karena harganya yang mahal, tokek jarang sekali
dibelinya. Yang paling sering adalah lipan dan ulat bumbung atau ulat daun.
“Yang seperti itu juga mudah dicarinya. Biasa dijual di pasar-pasar burung.
Tapi kalau tokek, jarang, dan lagi, kalau ada harganya juga mahal,” urai Tikno.
Awalnya, Tikno memang tidak berniat mempertontonkan
atraksi-atraksinya memakan binatang-binatang itu. Semua ini bermula saat
dirinya sedang tidak memiliki uang, sementara dia ingin menu spesial
kegemarannya.
Saat itulah, tiba-tiba terlintas di angan Tikno, untuk
mencoba peruntungannya dengan cara menggelar atraksi. Mula-mula, dia
melakukannya ketika berada di lokalisasi Gang Dolly, Surabaya. "Di situlah
awalnya saya menggelar atraksi ini," terang Tikno.
Berbekal beberapa ekor cicak dan kecoa yang kemudian
dimasukkannya ke dalam plastik Tikno lalu melangkah di tengah kerumunan orang
di tempat lokalisasi tersebut. Disitu, dia lantas berteriak meminta perhatian
orang yang berlalu lalang. Selanjutnya, tanpa rasa jijik, dia memakan satu
persatu kecoa dan cicak yang dibawanya dalam keadaan hidup-hidup.
Atraksi
ini tentu saja merebut perhatian para pengguna jalan, para PSK (Penjaja Seks
Komersial) serta para pria hidung belang, yang berada di lokalisasi, untuk
melihatnya. Bahkan beberapa diantara penonton, juga meminta Tikno memakan
beberapa jenis binatang lainnya yang berhasil ditangkap salah seorang diantara
penontonnya.
Setelah
beberapa saat atraksi selesai dilakukan, barulah Tikno meminta sumbangan dari
para penonton, dengan berbekal sebuah kaleng bekas susu, sesuai keiklasan
masing-masing. Dan dalam atraksi perdananya itu, Tikno pun mengaku berhasil
mengumpulkan uang sekitar Rp 200 ribu.
Dari
situlah, Tikno lalu keranjingan menggelar atraksi, dikala dagangan ayam anakan
dan burungnya sepi pembeli. Dan kebiasaan ini, menurut Cow Wen, adik Tikno,
juga sudah dikenal warga sekitar tempat tinggal mereka. Bahkan banyak orang
menjulukinya, Manusia Pemakan Lipan. “Selama ini memang yang orang tahu, kakak
saya suka makan lipan. Jadinya, orang-orang suka menjulukinya seperti itu,”
terang Cow Wen, yang sehari-harinya bekerja sebagai karyawan salah satu bengkel
mobil di bilangan Surabaya Utara ini.
Cow
Wen juga mengakui bagaimana kegilaan kakak kandungnya itu untuk urusan makan.
Paling tidak, dalam sehari Tikno bisa mengeluarkan uang sekitar Rp 50 ribu
hanya untuk makan saja. “Bagaimana tidak, semua makanannya aneh-aneh. Karena
itu, butuh uang yang tidak sedikit. Dia nggak pernah mau makan makanan yang normalnya
dimakan orang biasa. Maunya makan lipan, cicak dan ulat bumbung,” ujar Cow Wen.
Ya,
menurut Cow Wen, sudah sejak lima tahun lalu, Tikno tak pernah mengkonsumsi
lauk pada umumnya, kendati dirinya juga tetap makan nasi. Dia cuma gemar makan
lauk pauk dari jenis-jenis binatang menjijikkan itu.
Dalam sekali makan, Tikno biasa menggunakan
lauk pauk semangkuk ulat bumbung dan 10 buah lipan sebesar jari telunjuk orang
dewasa. Begitu juga ketika tidak punya uang untuk membeli ulat bumbung ataupun
lipan, maka paling tidak Tikno menghabiskan semangkuk kecoa dan sepuluh ekor
cicak, yang semuanya juga dikonsumsi dalam keadaan hidup-hidup.
Karena
kebiasaan Tikno ini, tak heran jika di usia yang sudah kepala empat, dia tak
juga mendapatkan gadis pujaan untuk mendampinginya menjadi istri. Tentunya,
semua perempuan pasti akan jijik melihat kebiasaan Tikno yang tidak lazim
dilakukan orang pada umumnya. "Tapi saya yakin, kalau memang jodoh, suatu
saat pasti ada juga. Cuma mungkin untuk sekarang memang belum ada," ungkapnya
datar.
Tikno
sendiri mengaku, sebelumnya dia sudah berulangkali mencoba menghilangkan
kebiasaannya itu. Namun yang terjadi, sehari saja tak makan salah satu jenis
binatang tersebut, tubuhnya serasa loyo dan tidak memiliki tenaga. Bahkan saat
dia makan daging sapi dan ayam, sering kali perutnya malah mual dan akhirnya
membuat Tikno muntah-muntah. (****)