Wednesday, March 20, 2013

Kisah Aneh Tapi Nyata


Kisah Manusia Aneh
Gemar Makan Lipan

Binatang-binatang, seperti lipan, cicak ataupun kecoa, mungkin bagi orang lain adalah binatang menjijikkan yang tak patut dimakan. Tapi bagi pria satu ini, kebiasaan makan makanan yang tidak lazim itu justru dianggap sebagai hobi dan kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Bahkan binatang-binatang itu dianggap sebagai makanan sehari-hari.
Kelabang inilah makanan kegemaran Om Tik
             Itulah kebiasaan Tikno (47), yang hingga kini, seringkali menarik perhatian orang.  Kebiasaan yang bermula dari sekedar untuk mengobati penyakit gatal-gatal, kini juga dibuatnya untuk menarik rejeki, dengan berharap keikhlasan dari orang yang melihatnya menggelar atraksi memakan hewan-hewan menjijikkan tersebut.
            Ditemui di rumahnya, Jl. Petemon Timur Gang Buntu, Surabaya, Tikno yang memiliki nama panjang Sutikno ini mencoba menceritakan bagaimana awal mulanya dia bisa makan binatang-binatang itu. Menurutnya, semua itu bermula dari sakit gatal-gatal yang dialaminya sejak 5 tahun silam. Saat itu, Tikno mengaku sudah berulangkali mengobati sakitnya dengan berbagai salep maupun obat-obatan dari dokter. Tapi upaya yang dilakukannya, seolah tak pernah membuahkan hasil.
            Saat itulah, oleh salah seorang kerabatnya, Tikno diminta untuk mengkonsumsi lipan dan cicak. Konon, cara ini biasa dilakukan oleh beberapa orang, dan terbukti cukup mujarab mengobati segala penyakit gatal. Caranya, dengan memasak terlebih dulu, semua jenis hewan-hewan yang disebutkan tadi. "Awalnya memang untuk gatal-gatal saja. Karena kebetulan, sakit saya itu sulit disembuhkan dengan obat-obatan medis," terang Tikno. 
Om Tik menunjukkan aksinya
            Atas saran ini, sejak tahun 2005 silam, Tikno pun mencoba. Semula, semua jenis binatang menjijikkan itu dimasaknya dengan cara digoreng tanpa minyak lalu dimakannya. Alhasil, setelah beberapa waktu mengkonsumsi lipan dan cicak, penyakit gatal-gatal yang diderita Tikno, akhirnya hilang dan tidak lagi mengganggu aktifitasnya sehari-hari.
            "Dulu rasanya sangat mengganggu sekali. Apalagi kalau sedang muncul, gatalnya luar biasa. Bisa seperti kalau kulit dikerubuti semut krangrang," jelas Tikno.
            Namun anehnya, karena terbiasa mengkonsumsi makanan-makanan tak lazim itu, Tikno akhirnya justru merasa ketagihan. Hingga meski penyakit gatal-gatal itu akhirnya sembuh, tapi dia masih tetap rutin memakan bintang seperti lipan dan cicak tersebut.
            Bahkan, bukan hanya dimakan setelah dimasak, tapi seiring waktu, lipan dan cicak itu juga dimakannya dalam keadaan hidup-hidup. “Awalnya memang saya masak dulu, tapi akhirnya, karena supaya lebih praktis, saya lalu makan mentah-mentah. Dan ternyata rasanya lebih nikmat,” aku Tikno.
            Tidak hanya itu, selain memakan lipan dan cicak, lambat laun Tikno juga mencoba memakan kecoa, kadal, tokek bahkan ulat bumbung. Semuanya dimakan dalam keadaan masih hidup. Dan anehnya, dia justru menyukai semua binatang-binatang itu. Malahan, seiring waktu, kebiasaan itu juga membuatnya ketagihan.
            Tak heran, jika setiap hari, Tikno tidak mengkonsumsi lauk seperti lazimnya. Dia biasa makan nasi, dengan lauk berbagai binatang-binatang tadi. Malah Tikno mengaku, jika sehari saja tidak makan salah satu jenis binatang kesukaannya, seperti lipan, tokek, ulat bumbung bahkan cicak dan kecoa, tubuhnya akan terasa sakit dan tidak bergairah.
            Tikno yang mengaku keturunan Tionghoa dan memiliki nama asli Cow Sien Tik ini sehari-hari akhirnya harus mengeluarkan banyak uang untuk menunjang kebiasaannya itu. Seperti membeli lipan ataupun ulat bumbung, dalam sehari dia harus mengeluarkan setidaknya, Rp. 50 ribu.
            “Kalau tokek lebih mahal lagi, makannya, saya jarang memakannya. Paling-paling kalau ada rejeki lebih baru bisa beli tokek,” terangnya.
            Tikno yang sehari-hari tinggal di rumah berdua dengan seorang adik lelakinya Cow Wen  (28) ini mengaku, bisa mendapatkan uang dari usahanya berdagang burung dan ayam anakan di Pasar Kupang, Surabaya. Dari situlah, dia memperoleh hasil untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
            Selain itu, jika dagangan sedang sepi, tak jarang Tikno menggelar atraksi memakan binatnag-binatang menjijikkan itu di keramaian. Dari situlah, dia mendapatkan uang tambahan, untuk memuaskan hobinya, melalui uang pemberian orang yang menyaksikan atraksinya.
Rumah Om Tik si Pemakan Kelabang
           Seperti saat ditemui KISAH NYATA sebelumnya, Tikno sedang menggelar atraksinya di daerah Pandegiling, Surabaya. “Lumayan-lah, buat beli makan sampai beberapa hari,” terang Tikno, ketika ditemui, sambil menunjukkan hasil uang dari aksi mempertontonkan diri ketika memakan binatang-binatang itu.
            Maksudnya beli makan, tentunya bukan makanan orang yang umum. Maksudnya adalah makanan dari berbagai jenis binatang kegemarannya untuk dikonsumsi hidup-hidup. “Kalau kebetulan nggak ada uang sama sekali, ya, terpaksa makan seadanya. Ada kecoa yang dimakan, ada cicak juga bisa,” aku Tikno. Namun tentunya, diantara binatang menjijikkan itu, ada beberapa jenis yang dianggap sebagai makanan favorit. Kata Tikno, lipan dan tokek mentah-lah makanan itu.
            Tapi karena harganya yang mahal, tokek jarang sekali dibelinya. Yang paling sering adalah lipan dan ulat bumbung atau ulat daun. “Yang seperti itu juga mudah dicarinya. Biasa dijual di pasar-pasar burung. Tapi kalau tokek, jarang, dan lagi, kalau ada harganya juga mahal,” urai Tikno.
            Awalnya, Tikno memang tidak berniat mempertontonkan atraksi-atraksinya memakan binatang-binatang itu. Semua ini bermula saat dirinya sedang tidak memiliki uang, sementara dia ingin menu spesial kegemarannya.
            Saat itulah, tiba-tiba terlintas di angan Tikno, untuk mencoba peruntungannya dengan cara menggelar atraksi. Mula-mula, dia melakukannya ketika berada di lokalisasi Gang Dolly, Surabaya. "Di situlah awalnya saya menggelar atraksi ini," terang Tikno.  
            Berbekal beberapa ekor cicak dan kecoa yang kemudian dimasukkannya ke dalam plastik Tikno lalu melangkah di tengah kerumunan orang di tempat lokalisasi tersebut. Disitu, dia lantas berteriak meminta perhatian orang yang berlalu lalang. Selanjutnya, tanpa rasa jijik, dia memakan satu persatu kecoa dan cicak yang dibawanya dalam keadaan hidup-hidup.
Atraksi ini tentu saja merebut perhatian para pengguna jalan, para PSK (Penjaja Seks Komersial) serta para pria hidung belang, yang berada di lokalisasi, untuk melihatnya. Bahkan beberapa diantara penonton, juga meminta Tikno memakan beberapa jenis binatang lainnya yang berhasil ditangkap salah seorang diantara penontonnya.
Setelah beberapa saat atraksi selesai dilakukan, barulah Tikno meminta sumbangan dari para penonton, dengan berbekal sebuah kaleng bekas susu, sesuai keiklasan masing-masing. Dan dalam atraksi perdananya itu, Tikno pun mengaku berhasil mengumpulkan uang sekitar Rp 200 ribu.
Dari situlah, Tikno lalu keranjingan menggelar atraksi, dikala dagangan ayam anakan dan burungnya sepi pembeli. Dan kebiasaan ini, menurut Cow Wen, adik Tikno, juga sudah dikenal warga sekitar tempat tinggal mereka. Bahkan banyak orang menjulukinya, Manusia Pemakan Lipan. “Selama ini memang yang orang tahu, kakak saya suka makan lipan. Jadinya, orang-orang suka menjulukinya seperti itu,” terang Cow Wen, yang sehari-harinya bekerja sebagai karyawan salah satu bengkel mobil di bilangan Surabaya Utara ini.
Cow Wen juga mengakui bagaimana kegilaan kakak kandungnya itu untuk urusan makan. Paling tidak, dalam sehari Tikno bisa mengeluarkan uang sekitar Rp 50 ribu hanya untuk makan saja. “Bagaimana tidak, semua makanannya aneh-aneh. Karena itu, butuh uang yang tidak sedikit. Dia nggak pernah mau makan makanan yang normalnya dimakan orang biasa. Maunya makan lipan, cicak dan ulat bumbung,” ujar Cow Wen.
Ya, menurut Cow Wen, sudah sejak lima tahun lalu, Tikno tak pernah mengkonsumsi lauk pada umumnya, kendati dirinya juga tetap makan nasi. Dia cuma gemar makan lauk pauk dari jenis-jenis binatang menjijikkan itu.
 Dalam sekali makan, Tikno biasa menggunakan lauk pauk semangkuk ulat bumbung dan 10 buah lipan sebesar jari telunjuk orang dewasa. Begitu juga ketika tidak punya uang untuk membeli ulat bumbung ataupun lipan, maka paling tidak Tikno menghabiskan semangkuk kecoa dan sepuluh ekor cicak, yang semuanya juga dikonsumsi dalam keadaan hidup-hidup.
Karena kebiasaan Tikno ini, tak heran jika di usia yang sudah kepala empat, dia tak juga mendapatkan gadis pujaan untuk mendampinginya menjadi istri. Tentunya, semua perempuan pasti akan jijik melihat kebiasaan Tikno yang tidak lazim dilakukan orang pada umumnya. "Tapi saya yakin, kalau memang jodoh, suatu saat pasti ada juga. Cuma mungkin untuk sekarang memang belum ada," ungkapnya datar.
Tikno sendiri mengaku, sebelumnya dia sudah berulangkali mencoba menghilangkan kebiasaannya itu. Namun yang terjadi, sehari saja tak makan salah satu jenis binatang tersebut, tubuhnya serasa loyo dan tidak memiliki tenaga. Bahkan saat dia makan daging sapi dan ayam, sering kali perutnya malah mual dan akhirnya membuat Tikno muntah-muntah. (****)
















Monday, March 4, 2013

Kisah Sejati


Membunuh
Karena Perintah
Dari Tuhan

Penghapusan sanksi hukuman mati yang diberlakukan di Ukraina, membuat seorang pembunuh berantai ini masih dapat merasakan udara kehidupan. Dia hanya mendapatkan hukuman seumur hidup, kendati telah mengabisi nyawa 52 orang. Para korban dibantai dengan sadis, setelah seluruh hartanya dikuras.
Anatoly Yuriyovych Onoprienko
            Sejarah kejahatan mencatat, nama Anatoly Yuriyovych Onoprienko sebagai salah satu pembunuh berantai terkejam. Sedikitnya dia telah membantai nyawa 52 orang. Sebagian adalah anak-anak dan balita.
            Aksi sadis pria yang dijuluki The Terminator ini, dimulai sejak tahun 1989 hingga 1996. Itu artinya, selama 7 tahun Anatoly mengukir karir kejahatannya. Semua dilakukan di beberapa wilayah Ukraina.
            Terungkapnya aksi kejahatan Anatoly bermula pada Hari Minggu, 7 April 1996. Saat itu sekitar pukul 10.00 pagi waktu setempat, seorang penyidik kepolisian, Sergei Kryukov, mendapat telfon dari seseorang.
Hari Minggu itu, Sergei Kryukov memang mendapat giliran lembur. Hanya dia dan beberapa orang polisi, yang berjaga di kantornya. Ship pergantian jaga, baru akan dimulai pada tengah malam.
Pagi itu, Sergei Kryukov menerima telfon dari seorang lelaki yang mengaku bernama Pyotr Onoprienko. Dia adalah warga Olevsk, di Propinsi Oblast Zhitomirskaya. Pyotr mengaku ketakutan dengan sikap adik sepupunya, Anatoly Onoprienko, yang tinggal bersebelahan.
Menurut Pyotr, Anatoly mengancam akan membunuh seluruh keluarganya. Dan yang membuat takut, saat itu ditemukan beberapa pucuk senjata laras panjang di dalam gudang milik sepupunya itu.
Setelah mendapat laporan ini, Sergei Kryukov segera mengajak beberapa petugas polisi untuk mendatangi rumah Anatoly. Hanya 10 menit kemudian, mereka sampai di tempat tujuan.
Saat itu, Anatoly yang tidak menyadari kehadiran polisi, segera membuka pintu rumahnya. Semula dia mengira jika anak istrinya yang tengah berada di gereja, sudah pulang.
Meski kaget dengan kedatangan polisi, namun Anatoly berusaha bersikap tenang. Seorang petugas langsung memintai keterangannya, soal ancaman pembunuhan kepada Pyotr. Sedangkan sebagian petugas yang lain, menggeledah sejumlah ruangan.
Jejak Pembunuhan Anatoly
Saat penggeledahan dilakukan inilah, petugas menemukan sepucuk senapan laras panjang. Dilihat dari jenis dan nomor serinya, petugas yakin bahwa senjata itu bukan milik Anatoly. Sebab beberapa hari sebelumnya, senjata yang sama juga telah dilaporkan hilang oleh seseorang.
“Aku punya daftar, yang selalu kubawa berkeliling. Ada item tertentu yang telah dilaporkan hilang. Termasuk senjata sejenis seperti milik terdakwa,” kata Sergei Kryukov, saat memberikan kesaksian di depan pengadilan.
Begitu mendapati senjata tersebut, petugas langsung mengamankan Anatoly. Dia segera dibawa ke kantor polisi, untuk dilakukan pemeriksaan. Beberapa petugas akhirnya juga menemukan sejumlah senjata lain dari berbagai jenis, yang tersimpan di gudang dan kamar milik pria itu.
Bukan hanya senjata. Petugas juga menemukan beberapa perhiasan di rumah Anatoly. Sebagian telah diidentifikasi milik korban-korban pembunuhan di beberapa daerah.
Saat itu juga polisi menetapkan Anatoly sebagai tersangka pembunuhan. “Sedikitnya kami menemukan 122 item barang, yang merupakan milik korban-korban pembunuhan,” tegas Sergei Kryukov.
Meski bukti materiil untuk menjerat Anatoly sudah lebih dari cukup, namun polisi tak mau bertindak gegabah. Mereka tetap membutuhkan pengakuan langsung dari Anatoly soal kejahatan yang telah dilakukannya. Hal ini untuk memperkuat dakwaan di pengadilan.

Menolak Bicara

Saat pemeriksaan dilakukan, petugas sempat kesulitan untuk mengorek keterangan dari pria itu. Beberapa penyidik akhirnya menyerah. Sebab dengan cara apapun, Anatoly tetap tak mau bicara.
“Aku hanya akan bicara dengan seseorang yang berpangkat jenderal. Tidak dengan siapapun yang berpangkat di bawah jenderal,” ujarnya, dihadapan para penyidik.
Kepala penyidik, Bogdan Teslya akhirnya tak berkutik menghadapi permintaan Anatoly. Dia pun segera menghubungi seseorang di kementerian dalam negeri, untuk meminta seorang jenderal datang ke kantor polisi tempat dimana Anatoly diamankan.
Bogdan Teslya hanya memastikan, agar Anatoly nantinya benar-benar mau bicara. Semua ini demi pengungkapan kasus. “Aku katakan pada dia, bahwa kami akan mendatangkan 10 jenderal, seperti yang diinginkan. Tapi aku harus memastikan dulu, bahwa dia benar-benar mau bicara,” ungkap Bogdan Teslya, dihadapan wartawan kala itu.
Dan benar saja. Setelah Jenderal Romanuk didatangkan, Anatoly pun mengungkapkan apa yang terjadi. Dimulai dari jati dirinya. Dimana dia dilahirkan? Sampai mengapa dia membunuh?
Kepada Jenderal Romanuk, Anatoly mengaku lahir di Kota Laski di Propinsi Oblast Zhitomirskaya. Dia dibesarkan dalam keluarga yang sangat sederhana. Dimana dia sering kekurangan makanan.
Saat beranjak remaja, Anatoly sempat dikirim ke panti asuhan oleh ayahnya. Beberapa tahun kemudian, kakak dan ibunya menjemput, dan membawa Anatoly kembali ke rumah.
Setelah dewasa, Anatoly bekerja sebagai sekuriti di tempat kebugaran. Dia bekerja dengan seorang teman bernama Sergei Rogozin. “Tapi pendapatan kami sedikit sekali. Padahal aku harus menghidupi ibu dan kakak perempuanku,” kata Anatoly.
Sampai suatu hari, muncul ide dari Sergei Rogozin, untuk merampok. Ini dilakukan, guna mencari tambahan pendapatan. Mula-mula mereka merampok toko senapan, untuk mencuri beberapa senjata jenis pistol dan laras panjang.
Pertama mereka merampok sebuah rumah terpencil di pinggiran Kota Olevsk. Disana, Anatoly dan Sergei Rogozin membunuh seluruh penghuni rumah. Ada dua orang dewasa dan delapan anak-anak, yang mereka bantai dengan keji.

Saat itu mereka merampok seluruh harta milik penghuni rumah. Termasuk beberapa senjata laras panjang. Hasil rampokan kemudian dibagi rata, antara Anatoly dan Sergei Rogozin.
Beberapa bulan kemudian, perampokan kembali dilakukan. Kali ini sasarannya adalah sebuah keluarga yang tengah menumpang satu mobil. Mereka berencana melakukan perjalanan ke luar kota, tapi memilih berhenti sejak, untuk istirahat di pinggir jalan.
Beberapa orang korban kejahatan Sang Terminator
“Kami mendekati mobil hanya untuk merampok. Tapi mereka melawan, hingga membuat kami membunuh. Disana ada lima orang, termasuk seorang anak lelaki berumur 11 tahun,” jelasnya.
Setelah dikuras harta bendanya, mobil beserta lima mayat di dalamnya langsung dibakar. “Sejak saat itu, aku dan Sergei Rogozin berpisah. Aku tidak tahu lagi dimana sekarang dia berada,” ujarnya.
Berturut-turut sejak itu, Anatoly melakukan aksi pembunuhan dan perampokan seorang diri. Termasuk pembunuhan yang dilakukannya pada malam tanggal 24 Desember 1995 di desa terpencil bernama Garmarnia, di Ukraina Tengah.
Disana Anatoly menghabisi nyawa pria bernama Zaichenko beserta seluruh keluarganya. Lalu mengambil harta milik keluarga malang itu. Diantaranya sepasang cincin pernikahan, sebuah kalung dengan bandul salib emas kecil, anting-anting dan uang tunai ratusan dollar.
“Untuk menghilangkan jejak, aku membakar rumah keluarga itu, beserta mayat-mayat mereka,” ucapnya.

Ada Bisikan

Pada tanggal 17 Januari 1996, Anatoly pergi ke Kota Bratkovichi, dan masuk ke rumah milik keluarga Pilat. Tapi sayangnya, disana tidak dia temukan harta yang berharga.
Namun karena sudah terlanjur dipergoki pemilik rumah, dia membunuh seluruh keluarga Pilat. Bahkan kemudian membakar rumah korbannya itu dengan tanpa perasaan iba.
Usai membunuh, Anatoly bermaksud pergi. Tapi keberadaannya terlanjur dipergoki oleh dua tetangga Pilat. Mereka adalah seorang perempuan berumur 27 tahun bernama Kondzela dan seorang pria tua umur 56 tahun bernama Zakharko.
“Mereka aku bunuh sekalian, karena menjadi saksi pembakaran rumah itu,” jelas Anatoly.
Kurang dari dua minggu kemudian, pada tanggal 30 Januari 1996, di wilayah, Fastova Kievskaya Oblast, Anatoly menembak dan membunuh seorang perawat umur 28 tahun bernama Marusina. Dia dibunuh bersama dua putranya yang masih anak-anak, serta seorang laki-laki umur 32 tahun bernama Zagranichniy. “Saat itu aku tidak merampok, tapi sekedar ingin membunuh saja,” ungkapnya.
Selain itu, masih banyak lagi pembunuhan yang dilakukan Anatoly. Sebagian hanya karena dorongan untuk memuaskan keinginan semata. Dan yang sungguh tidak masuk akal, Anatoly mengaku membunuh, karena mendapat perintah langsung dari Tuhan.
“Aku membunuh mereka, karena aku sangat mencintai mereka. Terutama wanita dan anak-anak. Ada suara yang terus berbisik di telingaku, untuk menghabisi nyawa-nyawa itu. Dan suara yang kudengar ini, adalah perintah dari Tuhan,” tegasnya.
Pembunuhan terakhir dilakukan Anatoly pada tanggal 22 Maret 1996. Saat itu dia membunuh satu keluarga di Desa Busk, di luar Kota Bratkovichi. Empat orang dibunuhnya. Dua dewasa, dan dua lagi anak-anak.
Atas semua kejahatan yang dilakukannya, Bulan April 1999, Anatoly dijatuhi hukuman seumur hidup. Keputusan ini diambil, karena Ukraina sudah tidak lagi memberlakukan hukuman mati.
Banyak pihak yang menyesalkan mengapa hukuman mati tidak diberlakukan kepada Anatoly. Termasuk Presiden Ukraina saat itu, Leonid Kuchma. Bahkan dalam wawancara dengan wartawan, sang presiden berujar, jika hukum seharusnya memberikan pengecualian pada Anatoly.
Sampai saat ini, meski Anatoly telah divonis seumur hidup, polisi masih terus melakukan penyelidikan. Mereka meyakini, jika korban pembunuhan yang dilakukan Anatoly lebih dari pengakuannya yang berjumlah 52 orang. Bahkan polisi memperkirakan, korban-korban pria berdarah dingin itu, bisa jadi mencapai 100 orang lebih. (****)