Thursday, April 4, 2013
Sejuta Kisah: Kisah Ironi
Sejuta Kisah: Kisah Ironi: Sandiwara Pembunuhan Sang Kekasih Sediam-diamnya wanita, jika kepepet ternyata bisa bertindak sadis. Seperti kisah berikut ini. Seoran...
Wednesday, March 20, 2013
Kisah Aneh Tapi Nyata
Kisah Manusia Aneh
Gemar Makan Lipan
Binatang-binatang,
seperti lipan, cicak ataupun kecoa, mungkin bagi orang lain adalah binatang
menjijikkan yang tak patut dimakan. Tapi bagi pria satu ini, kebiasaan makan
makanan yang tidak lazim itu justru dianggap sebagai hobi dan kebiasaan yang
sulit ditinggalkan. Bahkan binatang-binatang itu dianggap sebagai makanan
sehari-hari.
Kelabang inilah makanan kegemaran Om Tik |
Itulah kebiasaan Tikno (47), yang hingga kini, seringkali
menarik perhatian orang. Kebiasaan yang
bermula dari sekedar untuk mengobati penyakit gatal-gatal, kini juga dibuatnya
untuk menarik rejeki, dengan berharap keikhlasan dari orang yang melihatnya
menggelar atraksi memakan hewan-hewan menjijikkan tersebut.
Ditemui di rumahnya, Jl. Petemon Timur Gang Buntu,
Surabaya, Tikno yang memiliki nama panjang Sutikno ini mencoba menceritakan
bagaimana awal mulanya dia bisa makan binatang-binatang itu. Menurutnya, semua
itu bermula dari sakit gatal-gatal yang dialaminya sejak 5 tahun silam. Saat
itu, Tikno mengaku sudah berulangkali mengobati sakitnya dengan berbagai salep
maupun obat-obatan dari dokter. Tapi upaya yang dilakukannya, seolah tak pernah
membuahkan hasil.
Saat itulah, oleh salah seorang kerabatnya, Tikno diminta
untuk mengkonsumsi lipan dan cicak. Konon, cara ini biasa dilakukan oleh
beberapa orang, dan terbukti cukup mujarab mengobati segala penyakit gatal.
Caranya, dengan memasak terlebih dulu, semua jenis hewan-hewan yang disebutkan
tadi. "Awalnya memang untuk gatal-gatal saja. Karena kebetulan, sakit saya
itu sulit disembuhkan dengan obat-obatan medis," terang Tikno.
Om Tik menunjukkan aksinya |
Atas saran ini, sejak tahun 2005 silam, Tikno pun
mencoba. Semula, semua jenis binatang menjijikkan itu dimasaknya dengan cara
digoreng tanpa minyak lalu dimakannya. Alhasil, setelah beberapa waktu
mengkonsumsi lipan dan cicak, penyakit gatal-gatal yang diderita Tikno,
akhirnya hilang dan tidak lagi mengganggu aktifitasnya sehari-hari.
"Dulu rasanya sangat mengganggu sekali. Apalagi kalau
sedang muncul, gatalnya luar biasa. Bisa seperti kalau kulit dikerubuti semut
krangrang," jelas Tikno.
Namun
anehnya, karena terbiasa mengkonsumsi makanan-makanan tak lazim itu, Tikno
akhirnya justru merasa ketagihan. Hingga meski penyakit gatal-gatal itu
akhirnya sembuh, tapi dia masih tetap rutin memakan bintang seperti lipan dan
cicak tersebut.
Bahkan, bukan hanya dimakan setelah dimasak, tapi seiring
waktu, lipan dan cicak itu juga dimakannya dalam keadaan hidup-hidup. “Awalnya
memang saya masak dulu, tapi akhirnya, karena supaya lebih praktis, saya lalu
makan mentah-mentah. Dan ternyata rasanya lebih nikmat,” aku Tikno.
Tidak hanya itu, selain memakan lipan dan cicak, lambat
laun Tikno juga mencoba memakan kecoa, kadal, tokek bahkan ulat bumbung.
Semuanya dimakan dalam keadaan masih hidup. Dan anehnya, dia justru menyukai
semua binatang-binatang itu. Malahan, seiring waktu, kebiasaan itu juga
membuatnya ketagihan.
Tak heran, jika setiap hari, Tikno tidak mengkonsumsi
lauk seperti lazimnya. Dia biasa makan nasi, dengan lauk berbagai
binatang-binatang tadi. Malah Tikno mengaku, jika sehari saja tidak makan salah
satu jenis binatang kesukaannya, seperti lipan, tokek, ulat bumbung bahkan
cicak dan kecoa, tubuhnya akan terasa sakit dan tidak bergairah.
Tikno yang mengaku keturunan Tionghoa dan memiliki nama
asli Cow Sien Tik ini sehari-hari akhirnya harus mengeluarkan banyak uang untuk
menunjang kebiasaannya itu. Seperti membeli lipan ataupun ulat bumbung, dalam
sehari dia harus mengeluarkan setidaknya, Rp. 50 ribu.
“Kalau tokek lebih mahal lagi, makannya, saya jarang
memakannya. Paling-paling kalau ada rejeki lebih baru bisa beli tokek,”
terangnya.
Tikno yang sehari-hari tinggal di rumah berdua dengan
seorang adik lelakinya Cow Wen (28) ini
mengaku, bisa mendapatkan uang dari usahanya berdagang burung dan ayam anakan
di Pasar Kupang, Surabaya. Dari situlah, dia memperoleh hasil untuk mencukupi
kebutuhan sehari-hari.
Selain itu, jika dagangan sedang sepi, tak jarang Tikno
menggelar atraksi memakan binatnag-binatang menjijikkan itu di keramaian. Dari
situlah, dia mendapatkan uang tambahan, untuk memuaskan hobinya, melalui uang
pemberian orang yang menyaksikan atraksinya.
Rumah Om Tik si Pemakan Kelabang |
Seperti saat ditemui KISAH NYATA sebelumnya, Tikno sedang
menggelar atraksinya di daerah Pandegiling, Surabaya. “Lumayan-lah, buat beli
makan sampai beberapa hari,” terang Tikno, ketika ditemui, sambil menunjukkan
hasil uang dari aksi mempertontonkan diri ketika memakan binatang-binatang itu.
Maksudnya beli makan, tentunya bukan makanan orang yang
umum. Maksudnya adalah makanan dari berbagai jenis binatang kegemarannya untuk
dikonsumsi hidup-hidup. “Kalau kebetulan nggak ada uang sama sekali, ya,
terpaksa makan seadanya. Ada kecoa yang dimakan, ada cicak juga bisa,” aku
Tikno. Namun tentunya, diantara binatang menjijikkan itu, ada beberapa jenis
yang dianggap sebagai makanan favorit. Kata Tikno, lipan dan tokek mentah-lah
makanan itu.
Tapi karena harganya yang mahal, tokek jarang sekali
dibelinya. Yang paling sering adalah lipan dan ulat bumbung atau ulat daun.
“Yang seperti itu juga mudah dicarinya. Biasa dijual di pasar-pasar burung.
Tapi kalau tokek, jarang, dan lagi, kalau ada harganya juga mahal,” urai Tikno.
Awalnya, Tikno memang tidak berniat mempertontonkan
atraksi-atraksinya memakan binatang-binatang itu. Semua ini bermula saat
dirinya sedang tidak memiliki uang, sementara dia ingin menu spesial
kegemarannya.
Saat itulah, tiba-tiba terlintas di angan Tikno, untuk
mencoba peruntungannya dengan cara menggelar atraksi. Mula-mula, dia
melakukannya ketika berada di lokalisasi Gang Dolly, Surabaya. "Di situlah
awalnya saya menggelar atraksi ini," terang Tikno.
Berbekal beberapa ekor cicak dan kecoa yang kemudian
dimasukkannya ke dalam plastik Tikno lalu melangkah di tengah kerumunan orang
di tempat lokalisasi tersebut. Disitu, dia lantas berteriak meminta perhatian
orang yang berlalu lalang. Selanjutnya, tanpa rasa jijik, dia memakan satu
persatu kecoa dan cicak yang dibawanya dalam keadaan hidup-hidup.
Atraksi
ini tentu saja merebut perhatian para pengguna jalan, para PSK (Penjaja Seks
Komersial) serta para pria hidung belang, yang berada di lokalisasi, untuk
melihatnya. Bahkan beberapa diantara penonton, juga meminta Tikno memakan
beberapa jenis binatang lainnya yang berhasil ditangkap salah seorang diantara
penontonnya.
Setelah
beberapa saat atraksi selesai dilakukan, barulah Tikno meminta sumbangan dari
para penonton, dengan berbekal sebuah kaleng bekas susu, sesuai keiklasan
masing-masing. Dan dalam atraksi perdananya itu, Tikno pun mengaku berhasil
mengumpulkan uang sekitar Rp 200 ribu.
Dari
situlah, Tikno lalu keranjingan menggelar atraksi, dikala dagangan ayam anakan
dan burungnya sepi pembeli. Dan kebiasaan ini, menurut Cow Wen, adik Tikno,
juga sudah dikenal warga sekitar tempat tinggal mereka. Bahkan banyak orang
menjulukinya, Manusia Pemakan Lipan. “Selama ini memang yang orang tahu, kakak
saya suka makan lipan. Jadinya, orang-orang suka menjulukinya seperti itu,”
terang Cow Wen, yang sehari-harinya bekerja sebagai karyawan salah satu bengkel
mobil di bilangan Surabaya Utara ini.
Cow
Wen juga mengakui bagaimana kegilaan kakak kandungnya itu untuk urusan makan.
Paling tidak, dalam sehari Tikno bisa mengeluarkan uang sekitar Rp 50 ribu
hanya untuk makan saja. “Bagaimana tidak, semua makanannya aneh-aneh. Karena
itu, butuh uang yang tidak sedikit. Dia nggak pernah mau makan makanan yang normalnya
dimakan orang biasa. Maunya makan lipan, cicak dan ulat bumbung,” ujar Cow Wen.
Ya,
menurut Cow Wen, sudah sejak lima tahun lalu, Tikno tak pernah mengkonsumsi
lauk pada umumnya, kendati dirinya juga tetap makan nasi. Dia cuma gemar makan
lauk pauk dari jenis-jenis binatang menjijikkan itu.
Dalam sekali makan, Tikno biasa menggunakan
lauk pauk semangkuk ulat bumbung dan 10 buah lipan sebesar jari telunjuk orang
dewasa. Begitu juga ketika tidak punya uang untuk membeli ulat bumbung ataupun
lipan, maka paling tidak Tikno menghabiskan semangkuk kecoa dan sepuluh ekor
cicak, yang semuanya juga dikonsumsi dalam keadaan hidup-hidup.
Karena
kebiasaan Tikno ini, tak heran jika di usia yang sudah kepala empat, dia tak
juga mendapatkan gadis pujaan untuk mendampinginya menjadi istri. Tentunya,
semua perempuan pasti akan jijik melihat kebiasaan Tikno yang tidak lazim
dilakukan orang pada umumnya. "Tapi saya yakin, kalau memang jodoh, suatu
saat pasti ada juga. Cuma mungkin untuk sekarang memang belum ada," ungkapnya
datar.
Tikno
sendiri mengaku, sebelumnya dia sudah berulangkali mencoba menghilangkan
kebiasaannya itu. Namun yang terjadi, sehari saja tak makan salah satu jenis
binatang tersebut, tubuhnya serasa loyo dan tidak memiliki tenaga. Bahkan saat
dia makan daging sapi dan ayam, sering kali perutnya malah mual dan akhirnya
membuat Tikno muntah-muntah. (****)
Monday, March 4, 2013
Kisah Sejati
Membunuh
Karena Perintah
Dari Tuhan
Penghapusan
sanksi hukuman mati yang diberlakukan di Ukraina, membuat seorang pembunuh
berantai ini masih dapat merasakan udara kehidupan. Dia hanya mendapatkan
hukuman seumur hidup, kendati telah mengabisi nyawa 52 orang. Para korban
dibantai dengan sadis, setelah seluruh hartanya dikuras.
Anatoly Yuriyovych Onoprienko |
Sejarah kejahatan mencatat, nama Anatoly
Yuriyovych Onoprienko sebagai salah satu pembunuh berantai terkejam. Sedikitnya
dia telah membantai nyawa 52 orang. Sebagian adalah anak-anak dan balita.
Aksi sadis pria yang dijuluki The
Terminator ini, dimulai sejak tahun 1989 hingga 1996. Itu artinya, selama 7
tahun Anatoly mengukir karir kejahatannya. Semua dilakukan di beberapa wilayah
Ukraina.
Terungkapnya aksi kejahatan Anatoly
bermula pada Hari Minggu, 7 April 1996. Saat itu sekitar pukul 10.00 pagi waktu
setempat, seorang penyidik kepolisian, Sergei Kryukov, mendapat telfon dari
seseorang.
Hari Minggu itu, Sergei Kryukov memang mendapat giliran lembur. Hanya dia
dan beberapa orang polisi, yang berjaga di kantornya. Ship pergantian jaga,
baru akan dimulai pada tengah malam.
Pagi itu, Sergei Kryukov menerima telfon dari seorang lelaki yang mengaku
bernama Pyotr Onoprienko. Dia adalah warga Olevsk, di Propinsi Oblast Zhitomirskaya.
Pyotr mengaku ketakutan dengan sikap adik sepupunya, Anatoly Onoprienko, yang
tinggal bersebelahan.
Menurut Pyotr, Anatoly mengancam akan membunuh seluruh keluarganya. Dan
yang membuat takut, saat itu ditemukan beberapa pucuk senjata laras panjang di
dalam gudang milik sepupunya itu.
Setelah mendapat laporan ini, Sergei Kryukov segera mengajak beberapa
petugas polisi untuk mendatangi rumah Anatoly. Hanya 10 menit kemudian, mereka
sampai di tempat tujuan.
Saat itu, Anatoly yang tidak menyadari kehadiran polisi, segera membuka
pintu rumahnya. Semula dia mengira jika anak istrinya yang tengah berada di
gereja, sudah pulang.
Meski kaget dengan kedatangan polisi, namun Anatoly berusaha bersikap
tenang. Seorang petugas langsung memintai keterangannya, soal ancaman
pembunuhan kepada Pyotr. Sedangkan sebagian petugas yang lain, menggeledah
sejumlah ruangan.
Jejak Pembunuhan Anatoly |
Saat penggeledahan dilakukan inilah, petugas menemukan sepucuk senapan
laras panjang. Dilihat dari jenis dan nomor serinya, petugas yakin bahwa
senjata itu bukan milik Anatoly. Sebab beberapa hari sebelumnya, senjata yang
sama juga telah dilaporkan hilang oleh seseorang.
“Aku punya daftar, yang selalu kubawa berkeliling. Ada item tertentu yang
telah dilaporkan hilang. Termasuk senjata sejenis seperti milik terdakwa,” kata
Sergei Kryukov, saat memberikan kesaksian di depan pengadilan.
Begitu mendapati senjata tersebut, petugas langsung mengamankan Anatoly.
Dia segera dibawa ke kantor polisi, untuk dilakukan pemeriksaan. Beberapa
petugas akhirnya juga menemukan sejumlah senjata lain dari berbagai jenis, yang
tersimpan di gudang dan kamar milik pria itu.
Bukan hanya senjata. Petugas juga menemukan beberapa perhiasan di rumah
Anatoly. Sebagian telah diidentifikasi milik korban-korban pembunuhan di
beberapa daerah.
Saat itu juga polisi menetapkan Anatoly sebagai tersangka pembunuhan.
“Sedikitnya kami menemukan 122 item barang, yang merupakan milik korban-korban
pembunuhan,” tegas Sergei Kryukov.
Meski bukti materiil untuk menjerat Anatoly sudah lebih dari cukup, namun
polisi tak mau bertindak gegabah. Mereka tetap membutuhkan pengakuan langsung
dari Anatoly soal kejahatan yang telah dilakukannya. Hal ini untuk memperkuat
dakwaan di pengadilan.
Menolak Bicara
Saat pemeriksaan dilakukan, petugas sempat kesulitan untuk mengorek
keterangan dari pria itu. Beberapa penyidik akhirnya menyerah. Sebab dengan
cara apapun, Anatoly tetap tak mau bicara.
“Aku hanya akan bicara dengan seseorang yang berpangkat jenderal. Tidak
dengan siapapun yang berpangkat di bawah jenderal,” ujarnya, dihadapan para
penyidik.
Kepala penyidik, Bogdan Teslya akhirnya tak berkutik menghadapi permintaan
Anatoly. Dia pun segera menghubungi seseorang di kementerian dalam negeri,
untuk meminta seorang jenderal datang ke kantor polisi tempat dimana Anatoly
diamankan.
Bogdan Teslya hanya memastikan, agar Anatoly nantinya benar-benar mau
bicara. Semua ini demi pengungkapan kasus. “Aku katakan pada dia, bahwa kami
akan mendatangkan 10 jenderal, seperti yang diinginkan. Tapi aku harus
memastikan dulu, bahwa dia benar-benar mau bicara,” ungkap Bogdan Teslya,
dihadapan wartawan kala itu.
Dan benar saja. Setelah Jenderal Romanuk didatangkan, Anatoly pun
mengungkapkan apa yang terjadi. Dimulai dari jati dirinya. Dimana dia
dilahirkan? Sampai mengapa dia membunuh?
Kepada Jenderal Romanuk, Anatoly mengaku lahir di Kota Laski di Propinsi Oblast
Zhitomirskaya. Dia dibesarkan dalam keluarga yang sangat sederhana. Dimana dia
sering kekurangan makanan.
Saat beranjak remaja, Anatoly sempat dikirim ke panti asuhan oleh ayahnya.
Beberapa tahun kemudian, kakak dan ibunya menjemput, dan membawa Anatoly
kembali ke rumah.
Setelah dewasa, Anatoly bekerja sebagai sekuriti di tempat kebugaran. Dia
bekerja dengan seorang teman bernama Sergei Rogozin. “Tapi pendapatan kami
sedikit sekali. Padahal aku harus menghidupi ibu dan kakak perempuanku,” kata
Anatoly.
Sampai suatu hari, muncul ide dari Sergei Rogozin, untuk merampok. Ini
dilakukan, guna mencari tambahan pendapatan. Mula-mula mereka merampok toko
senapan, untuk mencuri beberapa senjata jenis pistol dan laras panjang.
Pertama mereka merampok sebuah rumah terpencil di pinggiran Kota Olevsk.
Disana, Anatoly dan Sergei Rogozin membunuh seluruh penghuni rumah. Ada dua
orang dewasa dan delapan anak-anak, yang mereka bantai dengan keji.
Saat itu mereka merampok seluruh harta milik penghuni rumah. Termasuk
beberapa senjata laras panjang. Hasil rampokan kemudian dibagi rata, antara
Anatoly dan Sergei Rogozin.
Beberapa bulan kemudian, perampokan kembali dilakukan. Kali ini sasarannya
adalah sebuah keluarga yang tengah menumpang satu mobil. Mereka berencana
melakukan perjalanan ke luar kota, tapi memilih berhenti sejak, untuk istirahat
di pinggir jalan.
Beberapa orang korban kejahatan Sang Terminator |
“Kami mendekati mobil hanya untuk merampok. Tapi mereka melawan, hingga
membuat kami membunuh. Disana ada lima orang, termasuk seorang anak lelaki
berumur 11 tahun,” jelasnya.
Setelah dikuras harta bendanya, mobil beserta lima mayat di dalamnya
langsung dibakar. “Sejak saat itu, aku dan Sergei Rogozin berpisah. Aku tidak
tahu lagi dimana sekarang dia berada,” ujarnya.
Berturut-turut sejak itu, Anatoly melakukan aksi pembunuhan dan perampokan
seorang diri. Termasuk pembunuhan yang dilakukannya pada malam tanggal 24
Desember 1995 di desa terpencil bernama Garmarnia, di Ukraina Tengah.
Disana Anatoly menghabisi nyawa pria bernama Zaichenko beserta seluruh
keluarganya. Lalu mengambil harta milik keluarga malang itu. Diantaranya
sepasang cincin pernikahan, sebuah kalung dengan bandul salib emas kecil,
anting-anting dan uang tunai ratusan dollar.
“Untuk menghilangkan jejak, aku membakar rumah keluarga itu, beserta
mayat-mayat mereka,” ucapnya.
Ada Bisikan
Pada tanggal 17 Januari 1996, Anatoly pergi ke Kota Bratkovichi, dan masuk
ke rumah milik keluarga Pilat. Tapi sayangnya, disana tidak dia temukan harta
yang berharga.
Namun karena sudah terlanjur dipergoki pemilik rumah, dia membunuh seluruh
keluarga Pilat. Bahkan kemudian membakar rumah korbannya itu dengan tanpa
perasaan iba.
Usai membunuh, Anatoly bermaksud pergi. Tapi keberadaannya terlanjur
dipergoki oleh dua tetangga Pilat. Mereka adalah seorang perempuan berumur 27
tahun bernama Kondzela dan seorang pria tua umur 56 tahun bernama Zakharko.
“Mereka aku bunuh sekalian, karena menjadi saksi pembakaran rumah itu,”
jelas Anatoly.
Kurang dari dua minggu kemudian, pada tanggal 30 Januari 1996, di wilayah,
Fastova Kievskaya Oblast, Anatoly menembak dan membunuh seorang perawat umur 28
tahun bernama Marusina. Dia dibunuh bersama dua putranya yang masih anak-anak,
serta seorang laki-laki umur 32 tahun bernama Zagranichniy. “Saat itu aku tidak
merampok, tapi sekedar ingin membunuh saja,” ungkapnya.
Selain itu, masih banyak lagi pembunuhan yang dilakukan Anatoly. Sebagian
hanya karena dorongan untuk memuaskan keinginan semata. Dan yang sungguh tidak
masuk akal, Anatoly mengaku membunuh, karena mendapat perintah langsung dari
Tuhan.
“Aku membunuh mereka, karena aku sangat mencintai mereka. Terutama wanita
dan anak-anak. Ada suara yang terus berbisik di telingaku, untuk menghabisi
nyawa-nyawa itu. Dan suara yang kudengar ini, adalah perintah dari Tuhan,”
tegasnya.
Pembunuhan terakhir dilakukan Anatoly pada tanggal 22 Maret 1996. Saat itu
dia membunuh satu keluarga di Desa Busk, di luar Kota Bratkovichi. Empat orang
dibunuhnya. Dua dewasa, dan dua lagi anak-anak.
Atas semua kejahatan yang dilakukannya, Bulan April 1999, Anatoly dijatuhi
hukuman seumur hidup. Keputusan ini diambil, karena Ukraina sudah tidak lagi
memberlakukan hukuman mati.
Banyak pihak yang menyesalkan mengapa hukuman mati tidak diberlakukan kepada
Anatoly. Termasuk Presiden Ukraina saat itu, Leonid Kuchma. Bahkan dalam
wawancara dengan wartawan, sang presiden berujar, jika hukum seharusnya
memberikan pengecualian pada Anatoly.
Sampai saat ini, meski Anatoly telah divonis seumur hidup, polisi masih
terus melakukan penyelidikan. Mereka meyakini, jika korban pembunuhan yang
dilakukan Anatoly lebih dari pengakuannya yang berjumlah 52 orang. Bahkan
polisi memperkirakan, korban-korban pria berdarah dingin itu, bisa jadi
mencapai 100 orang lebih. (****)
Monday, February 25, 2013
Kisah Ironi
Sandiwara Pembunuhan Sang Kekasih
Tracei bersama Lee ketika masih mesra |
Pengadilan negeri Birmingham, Inggris, tak seperti biasanya. Pagi itu,
tanggal 29 Juli 1997, gedung pengadilan ini dipenuhi oleh ribuan demonstran.
Mereka menuntut terdakwa yang tengah disidang atas kasus pembunuhan kali itu,
dibebaskan.
Ya, hari itu pengadilan memang tengah menggelar sidang kasus pembunuhan.
Selaku terdakwa adalah wanita muda bernama Tracie Margurite Andrews. Dia
didakwa membunuh kekasihnya sendiri, Lee Raymond Harvey.
Hari itu merupakan hari dimana juri harus memberikan keputusannya. Mereka
dituntut untuk memberikan pernyataan tegas, soal status Tracie. Bersalah atau
tidak bersalah?
Jika bersalah, maka Tracie akan diancam hukuman berat. Tapi jika keputusan
juri menyatakan dia tidak bersalah, secara otomatis Tracie bebas dari segala
tuntutan hukum. Dia bisa kembali ke masyarakat dan menjalani kehidupan
sosialnya seperti semula.
Tracei dalam keadaan marah |
Detik-detik menegangkan terjadi di dalam ruang sidang. Sementara di luaran,
warga Kota Birmingham terus meneriakkan tuntutan agar Tracie dibebaskan. Mereka
yakin, Tracie tidak bersalah. Dia tidak membunuh Lee Raymond Harvey. Warga
justru menaruh iba pada Tracey yang telah kehilangan kekasihnya.
Sidang berlangsung cukup lama. Total sekitar 5 jam lebih. Ini karena juri
tak kunjung memberikan keputusan finalnya. Di ruangan terpisah, mereka masih
menggelar rapat secara tertutup.
Hampir saja hakim memutuskan untuk menunda sidang ini, sebelum akhirnya
para juri keluar dari tempat rapat mereka. Saat itu seorang juri yang ditunjuk
sebagai wakil, memberikan sebuah surat kepada hakim. Isinya tentang keputusan
hasil rapat.
Saat itu hakim segera membacakan surat yang dipegangnya. Dengan perasaan
setengah iba, dia menyatakan bahwa Tracie bersalah. Wanita satu anak ini
akhirnya dijatuhi hukuman seumur hidup.
“Juri telah memutuskan Anda bersalah dengan bukti-bukti yang kuat.
Sesungguhnya, hanya Anda yang tahu apa yang terjadi malam itu. Kami disini
hanya melihat akibatnya yang dahsyat. Dan seperti anda tahu, semua kembali pada
ketentuan hukum. Anda harus menjalani penjara seumur hidup,” kata Hakim Buckley,
saat itu.
Tracei ketika jumpa pers |
Tracie tak bereaksi. Air matanya tak terbendung. Simpati dari banyak orang
mulai bangkit, terutama mereka yang berada di ruang sidang. Semua pengunjung
sidang yang rata-rata perempuan, meneriaki hakim dan para juri. Mereka menuding
pengadilan telah menjatuhkan hukuman terhadap orang yang tidak bersalah.
Bukan saja pengunjung sidang yang berada di ruangan. Beberapa puluh meter
dari lokasi ruang sidang, warga Kota Birmingham yang mendengar keputusan ini, langsung
histeris. Mereka tidak percaya, jika juri memberikan keputusan yang sama sekali
tak adil.
Usai sidang itu, Tracie segera digiring petugas keluar dari gedung
pengadilan. Dia sempat memberikan komentarnya, dihadapan media. “Aku sudah
tahu, mereka akan memutuskan aku bersalah. Tapi sungguh, aku sama sekali tak
melakukannya,” kata Tracie kepada pers. Lalu bagaimana sebenarnya penilaian
masyarakat atas kasus ini? Mengapa mereka meyakini Tracie tidak bersalah?
Pembunuh Misterius
Penilaian warga Kota Birmingham ini
tak lepas dari cerita Tracie. Sejak kasus pembunuhan terhadap Lee ditangani
polisi, Tracie aktif menjadi langganan media televisi, sebagai nara sumber.
Disetiap tayangan telvisi itu, Tracie tak henti-hentinya menitikkan air
mata, seolah menanggung kesedihan luar biasa atas kematian Lee. Dia mengaku,
jika Lee dibunuh oleh orang misterius melalui sebuah peristiwa yang dramatis.
Usia Tracie baru 27 tahun saat itu. Dia adalah ibu dari seorang putri
berusia tujuh tahun. Memang, sebelum bertemu dan berpacaran denga Lee, Tracie
pernah hidup bersama seorang pria tanpa ikatan pernikahan, hingga memiliki anak.
Tapi sepuluh bulan setelah anaknya lahir, pria itu kabur.
Tracie sendiri tinggal di sebuah flat kecil dan bekerja sebagai penjual
produk kecantikan. Sedangkan Lee, sehari-harinya bekerja sebagai sopir bus. Dan
sebagaimana kekasihnya, Lee telah memiliki seorang putra hasil hubungan tanpa
ikatan semasa masih umur belasan tahun. Hingga akhir hayat, hubungan Lee dengan
mantan kekasih dan anaknya tetap berjalan baik.
Meski pekerja kasar, Lee termasuk pria berwajah tampan. Tak heran jika dia
sering jadi kejaran para wanita. Namun Lee bukanlah seorang playboy. Dia ingin
memiliki seorang wanita yang benar-benar bisa diajak membina rumah tangga.
Kebiasaan Lee yang sering nongkrong di klab-klab malam setiap akhir pekan,
membuatnya mengenal Tracei. Mereka bertemu di klab malam bernama Ritzy’s pada
tahun 1994.
Dari pertemuan itu mereka menjalin kencan, hingga kemudian memutuskan untuk
tinggal bersama. Dan seiring kencan yang dilakukan beberapa kali, Tracei dan
Lee akhirnya sepakat untuk tinggal bersama. Saat itu Lee memutuskan untuk
pindah ke flat kecil milik Tracei di pinggiran Kota Birmingham.
Kehidupan mereka awalnya berjalan harmonis. Lee tak mempermasalahkan
keberadaan putri Tracei yang juga tinggal dalam satu flat. Bahkan Lee sangat
menyayangi anak dari Tracei itu.
Namun semuanya berubah sejak Lee pernah melihat Tracei ngobrol dengan
seorang pria, yang belakangan diketahui sebagai mantan kekasihnya. Dia adalah
ayah dari anak Tracei.
Saat itu Lee curiga, Tracei masih menjalin hubungan dengan pria itu. Dan
kecurigaan ini membuat hubungan Lee dan Tracei sering memanas. Apalagi ketika
Tracei pulang terlambat dari tempatnya bekerja. Pasti kecurigaan Lee akan
bertambah besar.
Beberapa tetangga flat yang sempat dijadikan saksi di pengadilan, mengakui
jika Tracei dan Lee kerap terlibat keributan. Sering terdengar suara
barang-barang dibanting dan umpatan-umpatan kasar.
Bukan itu saja. Pernah beberapa kali Tracei keluar dari flat dengan muka
bilur dan lebam. Semua ini diyakini para tetangga, karena tindakan penganiayaan
yang dilakukan oleh Lee.
Mengarang Cerita
Pada malam pembunuhan, 1 Desember 1996, Tracie dan Lee terlihat berada di
klab malam di kawasan Marlbrook Inn. Malam belum terlalu larut saat mereka
meninggalkan tempat itu. Mereka pergi dengan mengendarai sedan Ford Escort yang
dikemudikan oleh Lee.
“Keduanya memang tidak bertengkar, tapi dari sorot matanya mereka terlihat
sedang tidak akur,” kata Crigman, jaksa penuntut kasus pembunuhan ini saat
memberikan penjelasan kepada juri di persidangan.
Penilaian itu berdasarkan penuturan
sejumlah saksi di klab malam. Bahkan saat masuk ke dalam mobil, Lee dan Tracie
tidak nampak mesra. Mereka meninggalkan klub itu, sekitar pukul 22.00.
Saksi lain, seorang pria, mengutarakan, sekitar pukul 22.30, saat dia baru
saja melangkah meninggalkan rumah teman wanitanya di kawasan Coopers Hill,
dekat Alvechurch pinggiran kota Birmingham, tiba-tiba mendengar teriakan pilu
seorang wantia di kegelapan.
Saat itu juga, pria ini kembali ke rumah teman wanitanya, dan meminta
tolong untuk menghubungi 999. Setelah itu, pria ini bergegas mendatangi sumber
suara. Diasana ia menemukan seorang wantia muda berdiri di samping mobil.
Pakaiannya dipenuhi dengan darah dan tubuhnya tampak gemetar. Sedangkan tak
jauh dari si wanita berdiri, seorang lelaki tergeletak, juga dengan tubuh
dipenuhi darah.
Belakangan si pria ini tahu, jika wanita yang ditemuinya adalah Tracei. Dan
yang tergeletak tak jauh dari mobil dan tempat Tracei berdiri, adalah Lee.
Mereka sepasang kekasih.
Awalnya Tracie tidak mengatakan apapun. Namun tak lama setelah warga
sekitar lokasi berkumpul, Tracei mengakui jika dia dan pacarnya baru diserang
oleh seseorang tak dikenal.
Sosok yang disebutnya sebagai pembunuh Lee itu, digambarkan menumpang
sebuah sedan Ford Sierra berwarna gelap. Tracie menyebut, jika mobil itu telah
membuntutinya sesaat setelah keluar dari klub malam.
“Mereka langsung memotong mobil kami. Seorang pria keluar dari mobil itu
dan memaki Lee. Waktu itu Lee juga keluar. Aku sendiri masih berada di dalam
mobil, ketika akhirnya Lee terlibat keributan dengan pria itu. Dan tak lama
kemudian, aku melihat Lee sudah tersungkur di aspal,” begitu kata Tracie, saat
dimintai keterangan polisi. Dan pernyataan ini juga diulang-ulang, di sejumlah
media televisi serta pengadilan.
Total di jasad Lee ditemukan 41 tusukan belati. Saat itu polisi mencoba
melakukan penyelidikan di lokasi kejadian. Sejumlah saksi dimintai keterangan,
tapi tak satupun yang sempat melihat ada mobil lain, yang berhenti dekat mobil
Tracie dan Lee.
Apakah ini artinya Tracei mengarang cerita? Begitulah yang kemudian muncul
di benak polisi. Dan kiranya kecurigaan polisi ini mulai bertambah kuat, saat
ditemukan bahwa di wajah Tracei terdapat luka-luka lebam. Terutama di bagian
kelopak mata kirinya.
Polisi yang curiga dengan kesaksian Tracei, akhirnya bertanya lebih dalam.
Mereka menanyakan mengapa wajah Tracei terlihat lebam dan bengkak. “Pria yang
membunuh Lee itu juga sempat memukuliku, sampai aku tersungkur,” ucap Tracei
saat itu.
Kesaksian Tracei ini, tidak begitu saja membuat polisi percaya. Mereka
yakin, ada yang disembunyikan oleh Tracei. Apalagi saat ditemukan sidik jari
wanita itu di belati yang tertancap di tubuh Lee.
Sayangnya, kecurigaan polisi ini justru bertolak belakang dengan opini yang
terbangun di masyarakat. Saat itu masyarakat malah simpati terhadap Tracei.
Karenanya, ketika Tracei dinyatakan sebagai tersangka, masyarakat pun berdemo.
Tapi percuma saja demo masyarakat ini dilakukan. Sebab, kenyataannya,
polisi dan jaksa, tetap berpegang pada bukti-bukti. Tak cukup sekedar ungkapan
kesedihan dan air mata yang sering kali ditunjukkan oleh Tracei di
tayangan-tayangan televisi. Tracei tetap diseret ke pengadilan dan divonis
bersalah.
Belakangan, setelah beberapa bulan menjalani hukuman, Tracei membuat
pengakuan yang mengejutkan. Dia akhirnya mengaku sebagai orang yang telah
membunuh Lee. Semua itu dilakukan, karena sudah bosah sering jadi sasaran
penganiayaan kekasihnya itu.
Saat Tracei digelandang petugas |
Pernyataan Tracei yang ditulis dalam sebuah diari ini, akhirnya diterbitkan
oleh salah satu media ternama di Inggris. “Di tengah jalan terjadi
pertengkaran. Lee mengeluarkan belati dan mengancam akan menyayat wajahku atau
akan menusuk,” tulis Tracie. Masalahnya, Lee cemburu kepada Andy, mantan pacar
Tracie, yang kebetulan sempat terlihat di dalam klub.
Keduanya kemudian keluar dari mobil, lalu Lee menghampiri dan menjambak
rambut Tracei. Lee mengancam dengan belati seraya berkata, “Lihat saja jika
Andy menginginkanmu lagi.”
Tracie mengaku saat itu takut setengah mati. Tapi kemudian ia sempat
menjegal Lee hingga terjatuh. Lee ternyata menariknya, hingga keduanya sama-sama
jatuh.
Tapi secepat kilat, Lee bangkit dan memukuli Tracei lagi. Saat itu, Tracei
segera berusaha berdiri dan menjauh. Keduanya kemudian saling memaki.
Selanjutnya, Tracie melihat ada belati milik Lee di tanah, yang segera
diambil. Dan ketika Lee ingin bertindak kasar lagi, Tracie langsung bereaksi
dengan belati yang sudah dipegang itu. Dia segera menusuk leher dan tubuh Lee
berulangkali.
“Aku harus menusuknya. Jika tidak, dia akan terus memukuliku. Aku sempat
mundur. Yang kuingat, aku jadi gelap mata. Aku marah, gemetar, dan kehilangan
kontrol. Belum pernah aku mengalami kehilangan kontrol seperti malam itu,” aku
Tracie.
Berkali-kali tusukan belati yang dihujamkan Tracei melukai tubuh Lee.
Hingga sejurus kemudian, pria yang bekerja sebagai sopir bus ini menghembuskan
nafas terakhirnya. “Aku merasa ngeri. Tanganku terasa basah,” tulis Tracei
lagi.
Vonis seumur hidup yang dijatuhkan
terhadap Tracey, akhirnya diperingan. Tracey dibebaskan setelah 14 tahun
menjalani hukuman. Tepatnya sejak pertengahan 2011, ibu satu anak ini kembali
hidup bermasyarakat. (****)
Crime Story
Misteri Pembunuh Berambut Pirang
Kasus yang
berikut ini, sempat menjadi sorotan publik Amerika Serikat. Tentang penculikan
dan pembunuhan seorang gadis cilik bernama Amber Hagerman. Hingga kini
identitas si pembunuh, belum juga terungkap.
Sore di Hari Sabtu, 12 Januari 1996, Dona berkunjung ke rumah orangtuanya,
di Kota Arlington, Texas. Dona tidak datang sendirian, tapi juga mengajak serta
kedua anaknya, Amber Hagerman (9) dan Ricky Hagerman (5).
Kedatangan mereka langsung disambut orangtua Dona, Glenda dan Jimmy. Sesaat
setelah saling berpelukan, keluarga tiga generasi ini, segera masuk ke dalam
rumah.
Dona mulai ngobrol banyak hal dengan kedua orangtuanya. Sesuatu yang memang
sudah biasa dilakukan oleh sebuah keluarga yang lama tak berjumpa. Sambil
ngobrol, mereka mencicipi makanan ringan yang dihidangkan oleh Glenda.
Saat itu, Amber dan Ricky berkeinginan untuk main sepeda. Mereka segera
mengambil dua sepeda kecil yang diparkir di garasi rumah. Dona mengijinkan
kedua anaknya bermain sepeda, tapi dengan catatan cukup di sekitar rumah.
“Paling jauh, hanya sampai satu blok ini saja. Jangan keluar dari blok
ini,” kata Dona, mewanti-wanti Amber dan Ricky.
Bersamaan dengan perginya Amber dan Ricky, Jimmy, sang kakek, juga pamit
berobat. Saat itu kebetulan Jimmy sedang diserang influensa. Dia pamit pergi ke
klinik yang tak jauh dari rumah.
Ketika pergi Jimmy yang mengendarai mobil, sempat berpapasan dengan
cucu-cucunya. Saat itu Amber dan Ricky terlihat bermain di sebuah bekas toko
kelontong bernama Win-Dixie, yang masih di satu blok dengan rumah.
Memang, Win-Dixie menjadi tempat favorit untuk bersepeda bagi anak-anak. Ini
karena di halaman bekas bangunan toko itu, terdapat sebuah tanjakan dari beton,
yang bisa digunakan untuk bermain sepeda luncur.
Sewaktu berpapasan, Jimmy juga sempat menyapa kedua cucunya. Saat itu Amber
dan Ricky sempat menoleh dan melambaikan tangannya. Sejurus kemudian, mereka
melanjutkan bermain kembali.
Sampai sekitar 20 menit kemudian, Jimmy yang selesai berobat, langsung
kembali ke rumah. Dilihatnya Amber dan Ricky masih asyik bermain.
Namun ketika tiba, dan memarkirkan mobilnya, Jimmy melihat Ricky ikut
kembali. Dia mengayuh sepeda seorang diri, menemui kakeknya.
Kala itu, Jimmy bertanya, kemana Amber? Mengapa Ricky pulang seorang diri,
tidak mengajak serta kakaknya?
Mendengar pertanyaan sang kakek, Ricky pun kembali dengan niat ingin
mengajak Amber pulang. Namun sekitar 2 menit kemudian, Ricky sudah balik. Dia
bilang, Amber tak ada di tempat semula, dimana mereka bermain sebelumnya.
Ucapan Ricky tentu saja membuat Jimmy mulai diliputi perasaan khawatir.
Apalagi ketika Ricky mengatakan, Amber meninggalkan sepedanya di halaman
Win-Dixie.
Setelah mendengar ucapan Ricky, Jimmy pun bergegas mencari Amber. Dia
langsung masuk mobilnya dan mendatangi tempat dimana Amber sebelumnya terlihat
bermain.
Benar saja apa yang dikatakan Ricky. Amber tak ada di tempat. Hanya
sepedanya saja, yang tergeletak di lokasi itu.
Dalam keadaan bingung, saat itu Jimmy melihat mobil patroli polisi
mendekat. Dua orang petugas kemudian keluar dari mobil itu. Mereka lantas
mendatangi Jimmy dan mulai bertanya-tanya.
“Apakah anda yang tadi menghubungi kami?” tanya salah seorang polisi itu.
Jimmy hanya menggeleng mendengar pertanyaan si polisi tersebut.
“Tadi ada seseorang menghubungi kami. Dia bilang, ada anak perempuan
berambut hitam, berusia 9 tahun, yang tiba-tiba dibawa seorang pria menggunakan
mobil pick up,” kata si polisi menjelaskan soal kedatangannya.
Sebelum Jimmy menjawab, tiba-tiba dari kejauhan, seorang pria tua berjalan
setengah berlari. Dia mendekat ke arah dua polisi itu. Belakangan diketahui,
bahwa si pria bernama Kevil (78), pensiunan pegawai pemerintah.
Kevil saat itu mengaku sebagai orang yang menelepon 911. Ini setelah dia
curiga pada seorang pria yang tiba-tiba membawa gadis cilik yang tengah bermain
di depan Win-Dixie.
“Itu sepeda gadis yang dibawa tadi Pak. Saya melhatnya dengan jelas, itu
memang sepedanya,” ucap Kevil, seraya menunjuk sepeda kecil yang tergeletak di
halaman Win-Dixie.
Mendengar pernyataan Kevil, Jimmy
sontak kaget. Dia baru sadar, bahwa yang dibicarakan oleh si polisi dengan si
pria tua dihadapannya, adalah Amber, cucunya yang tengah dicari.
“Ini sepeda milik cucu saya. Jadi anda melihat cucu saya dibawa orang?”
tanya Jimmy.
“Ya, saya melihatnya dengan jelas. Waktu itu saya berada di halaman rumah.
Itu rumah saya,” kata Kevil, seraya menunjuk rumahnya yang berada di depan
Win-Dixie.
“Pria itu seorang diri. Dia berhenti lalu melompat keluar dari mobil dan
menyambar si gadis cilik itu. Saya sempat mendengar si gadis berteriak. Makanya
saya memutuskan untuk lapor polisi. Saya yakin ada yang tidak beres saat itu,”
sambung Kevil, seraya menjelaskan tentang ciri-ciri pria yang diduga penculik
tersebut.
Pria yang dimaksud, berperawakan sedang, dengan rambut berwarna pirang. Dia
mengendarai sebuah mobil pickup berwarna gelap. Setelah menyambar si gadis,
yang ternyata adalah Amber, pria itu langsung tancap gas.
Ditemukan di Sungai
Kejadian ini segera direspon dengan
cepat oleh polisi. Sejumlah media langsung mengeksposnya besar-besaran. Foto
Amber yang diminta dari keluarganya, langsung disebar ke sejumlah lokasi. Mulai
toko-toko, mall, pemberhentian bus dan sejumlah tempat keramaian lainnya.
Sayangnya, upaya pencarian yang
dilakukan polisi tak juga membuahkan hasil. Sampai akhirnya, setelah empat hari
dinyatakan hilang, Amber ditemukan sudah menjadi mayat.
Gadis cilik ini ditemukan oleh seorang pria yang saat itu tengah berjalan
bersama anjingnya di dekat Apartemen Forest Hill, yang berjarak beberapa mill
dari lokasi penculikan.
Ketika melintas di atas jembatan dekat apartemen itu, si pria tersebut
melihat ada sosok tubuh tegeletak di pinggir sungai. Ketika didekati, dia baru
tahu jika itu adalah mayat seorang gadis cilik. Lehernya koyak, bekas sayatan
benda tajam.
Penemuan mayat Amber ini langsung direspon polisi. Mereka segera melakukan
evakuasi dan mengotopsi mayat Amber. Hasilnya, gadis itu diyakini baru dua hari
dibunuh. Artinya, Amber sempat disekap selama dua hari oleh penculiknya.
Yang lebih memprihatinkan lagi, hasil otopsi menyimpulkan, bahwa Amber
sempat mengalami tindakan pemerkosaan brutal. Bahkan disebutkan, jika
kemaluannya sampai mengalami rusak berat karena aksi asusila tersebut.
Pihak keluarga Amber tentu saja terpukul dengan kenyataan ini. Meski
akhirnya ditemukan, tapi Amber sudah dalam keadaan menjadi mayat. Lantas
siapakah pembunuhnya?
Apa yang terjadi pada diri Amber ini, sontak menjadi bahan ekspos media. Secara besar-besaran, sejumlah media terbitan Amerika Serikat, menulis berita penculikan, perkosaan dan pembunuhan Amber ini.
Apa yang terjadi pada diri Amber ini, sontak menjadi bahan ekspos media. Secara besar-besaran, sejumlah media terbitan Amerika Serikat, menulis berita penculikan, perkosaan dan pembunuhan Amber ini.
Kritikan pedas kepada pihak kepolisian pun disuarakan oleh berbagai media.
Ini karena polisi dinilai sangat lamban dalam mengungkap siapa pembunuh gadis
cilik tersebut.
Desakan dari sejumlah pihak untuk
mengungkap kasus ini, membuat pihak kepolisian meminta bantuan kepada FBI. Tapi
tetap saja hasilnya nihil. Si pembunuh Amber belum juga ditemukan.
Dugaan pihak berwenang, si pembunuh bertempat tinggal di sekitar lokasi
penculikan. Meski ciri-cirinya sudah diketahui, tapi tetap saja si pembunuh tak
pernah tertangkap.
Tahun 1999, setelah tiga tahun kasus Amber berlalu, masyarakat menyerukan
kepada pemerintah untuk membuat sistem khusus, yang bisa menginformasikan
secara cepat, jika ada kasus-kasus penculikan. Hal ini dilakukan, agar jika ada
kasus seperti Amber, bisa segera direspon oleh aparat-aparat kepolisian di
wilayah-wilayah yang lain.
Seruan masyarakat ini akhirnya ditindaklanjuti. Saat itu, untuk mengenang
kasus Amber, dibuatlah sistem yang mengadopsi nama gadis cilik itu. Sistem
tersebut adalah Amber Alert.
Dan ternyata, sistem ini cukup efisien untuk menyelamatkan anak-anak dari
kasus penculikan. Setidaknya, sejak sistem ini dibuat, ratusan anak hilang,
bisa segera ditemukan kembali oleh polisi dalam hitungan tak lebih dari sehari.
Bahkan sebagian diantaranya, berhasil ditemukan dalam hitungan jam.
Hingga kini, polisi tetap belum menemukan siapa penculik dan pembunuh Amber
sebenarnya. Pihak keluarga Amber pun sudah pesimis, pembunuh bocah berambut hitam
itu dapat ditemukan. Selama 17 tahun, kasus ini menjadi teka-teki polisi.
(****)
Subscribe to:
Posts (Atom)